Sumber: Catatan tua
S.Yh.Samauna,
H. Maradjauna
Ditulis kembali Oleh : Mohammad Rayhan Z.S. Paderinggi (Ana Nu'Madika)
Pada Masa kedatangan Jepang 23 Januari 1942, Gorntalo-Manado-Poso,dan Sampai ke Palu.
Palu dahulunya dikenal dengan Pusat Madrasah dgn Cabang-cabangnya yang tersebar luas di Sulawesi Tengah,
Yaitu "Al- Khaerat". Dimana Jepang Memerintahkan untuk menutup Al-Khaerat .
Pada saat itu Al-Khaerat diPimpin Oleh Ustadz Idrus Bin Salim Al Djufri.
Beliau mengumpulkan semua Ustadz yang ada di Palu dan Sekitarnya dalam satu pertemuan Khusus di Palu, Beliau meyadari bilamana Al-Khaerat ditutup akan membuka kejahilan dan apabila terjadi maka merajalelalah kemaksiatan dan lancarlah kebengisan dan kekuasaanya yang melanggar kesusilaan dan pri kemanusiaan dan untuk itu mereka menyepakati untuk tidak menutup madrasah sebab hal ini akan memperburuk keadaan, maka mereka menggunakan Istilah utlah (pakansi) dan dibuka kembali bilamana waktu telah megizinkan.
Jepang menjadikan Al-Khaerat (Madrasah) sebagai gudang penimbunan Padi gabah.
Pada saat tingkatan perang sekutu masuk ke Nusantara (Indonesia) Jepang melancarkan fitnahan dan tuduhan terhadap orang yg dicurigai mata-mata musuh, mereka ditangkap dan dimasukan ke dalam penjara dan diperlakukan secara tidak manusiawi.
Dalam usaha-usaha jepang tidak kurang orang Indonesia dijadikan Kaki tangannya untuk menfitnah bangsa sendiri dan itupun terjadi di Sulawesi Tengah.
Di Kab. Luwuk Banggai perlawanan terhadap jepang belum diketahui, jepang masuk di Banggai tahun 1942 dan menundukan struktur pemerintahan Banggai dan Ibu Kota Kerajaan Banggai - Laut ditetapkan seorang pejabat Jepang dengan Jabatan Bunken kanrikan dan di Luwuk sebagai Ibu Kota kerajaan dan ditetapkan seorang pejabat jepang dengan jabatan Ken Kaurikan.
28 Oktober 1928 dibekali semangat Sumpah Pemuda dengan Usaha keras dan tekad dari Pemimpin bangsa Indonesia secara keseluruhan dengan mengingat pula pengorbanan pada masa-masa sebelumnya maka pada tanggal 17 agustus 1945 di gedung Pegangsaan Timur 56 Jakarta diploklamirkan Kemerdekaan RI.
Proklamasi Kemerdekaan itu juga dikumandangkan oleh Kurir-kurir terdiri dari Pemuda-Pemuda.
Daerah Sulawesi Tengah pun telah mendengar hal ini.
A.N. Hadjarati dan Hamah Ilahude dari Makassar membawa amanat dari Gubernur Sulawesi, Dr. G.S.S.J. Ratulangi dan mereka berhasil mengadakan pertemuan dan mengundang Pimpinan dan Tokoh terkemuka di Poso.
Amanat Gubernur Sulawesi dan Penjelasan mengenai Proklamasi 17 agustus 1945 yang dikemukakan dihadapan para undangan, berhasil membentuk "Dewan Nasional" dengan Kepala Pemerintahannya Wangkalembah Talasa dan undangan lainya sebagai pembantu.
Disamping itu dibentuk juga Dewan Pertahanan Nasional, kesatuan pertahanan dengan intinya dari pemuda-pemuda eks Heiho yang dipersenjatai Tombak, keris dan senjata hasil rampasan dari Jepang.
Di donggala sebelum tentara Nica mendarat tebentuklah PIM (Pemuda Indonesia Merdeka)
Gabungan dari beberapa organisasi pemuda yang datang dari Mamuju mandar (daerah yang berhubungan langsung daratannya dengan donggala).
Pemimpin-Pemimpin PIM antara lain :
M.A. Petalolo,
Ladising,
Usman Monoarfa,
M. Amu, dan lain-lain.
Selaku tokoh utamanya adalah Alwi Mohammad.
Akan tetapi, dengan tidak disangaka pada mulanya disaat mereka sedang menyusun kekuatan untuk mengadakan pertahanan sebelum Nica mendarat disana, tiba-tiba muncul beberapa tokoh yang belum menginginkan kemerdekaan dan bekerja sama dengan bekas-bekes Serdadu Belanda (KNIL).
Pemuda PIM dan pemuda yang tergabung di dalam organisasi Pro Republik Indonesia ditangkap dan dimasukan ke dalam tahanan. Rumah Rakyat yang dicurigai dinaiki dan digeledah untuk mencari dokumen.
Tindakan liar ini adalah atas perbuatan pemuda-pemuda eks KNIL yang tidak menginginkan kemerdekaan.
Pemuda-pemuda PIM yang bekerja sama dengan Pemuda-Pemuda yang datang dari mandar di bawah pimpinan A. Gani dan Jusuf Cs. Menyerbu asrama Polisi di Donggala serta menurunkan bendera belanda dan menggantikannya dengan MERAH PUTIH.
Inilah insiden pertama mengenai Pengibaran Bendera Merah Putih di daerah Sulawesi Tengah sebelum Nica Mendarat.
Di Biromaru (Ibu Kota Kerajaan Sigi-Dolo)
Pemuda-pemuda bergerak dengan secara sadar terhadap Kemerdekaan, bagaimanapun sukar dan sulitnya asalkan dapat mendermabaktikan diri untuk mempertahankan kesucian kemerdekaan.
Timbullah pemuka-pemuka rakyat dan Pemuda antara lain :
Lolontamene,
Lamakarate,
M. Dj. Abdullah,
Daeng Pawara,
Lahusaeni,
Hasan Repadjori,
Labaso Borman Lembah,
Dan lain-lain.
M.Dj. Abdullah yang baru bebas dari tahanan Jepang lalu terjun mempelopori sandiwara selaku alat penerangan yang tepat, guna menegakkan kemerdekaan.
Ia memertunjukan Cerita-Cerita yang mengandung PERJUANGAN. Kemudian ia berusaha mengumpulkan kawan-kawan yang sepaham dan mengadakan rapat di Pondoknya di Tengah sawah di Sidera, Satu desa yang tak beberapa jauh dari Kota Biromaru.
Sedang Rapat berjalan dengan tak diduga datang tiga orang anggota Polisi dikepalai oleh seorang Indo-Belanda eks sersan KNIL untuk menggagalkan rapat.
M.Dj. Abdullah Cs. Ditangkap dan dimasukan ke dalam TAHANAN TANGSUI PALU di Kampung BESUSU.
Berita Proklamasi terdengar ke seluruh daerah-daerah di Sulawesi Tengah. Akan Tetapi, Pihak Nica Belanda juga semakin memperkuat pertahanannya di PALU dengan Mengorganisir kembali KNILnya juga menyusun sipilnya dan membujuk setiap orang yang dikehendakinya dan meperbaiki ekonominya.
Nica Juga memasang Jaring-jaringnya, mengadakan tindakan penangkapan dan memukul setiap orang yang memakai apa saja yang berwarna Merah Putih, menggeledah setiap rumah yang dicurigai.
Selain M.Dj. Abdullah Cs. (Biromaru) dimasukan pula di dalam penjara T. Latjinala Cs. Begitupun dengan H.J.Dg.Pawidu Cs. Meringkuk dalam tahanan yang sama dengan penjagaan ketat.
Sungguh pun beberapa pemimpin sudah meringkuk dan keadaan Nica dengan Persenjataannya yang serba lengkap itu, tetapi Belanda tidak dapat mematahkan semangat PEMUDA-PEMUDA berjiwa PATRIOTISME yang berkobar itu.
Pada tahun 1950 masih ada orang belanda yang tinggal di kota-kota di daerah Sulawesi Tengah.
Diatara mereka masih ada yang berusaha untuk memperluas Federalisme dan menentang Unitarisme.
Tetapi sebagian besar Para Raja terutama Rakyat dan Pimpinannya Menyadari hal itu sehingga maksud mereka itu tidak terlaksana.
Di Palu atas inisiatif Magau Caco Ijazah pada lebih kurang akhir Maret 1950 telah diundang pimpinan-pimpinan dari partai-partai P.S.I.I , P.N.I dan Organisasi-organisasi lain setempat seperti IPPRI, PERPI, Isteri Sadar P.G.I , PERPIMA, API, PERPINDO, dan lain-lain.
Kepala-kepala dinas yang ada ketika itu dan pamongpraja setempat bermusyawarah untuk mengetahui pendirian masing-masing. Pimpinan Rapat Magau Caco Ijazah menegaskan, Bahwa Magau Palu dengan rakyat Palu yang Pada saat itu berjumlah sekitar 40.000 Jiwa berprinsip "Sekali Unitarisme tetap Unitarisme".
Para hadirin memang sejak semula berprinsip Unitarisme karena itu menyetujui pernyataan Magau Palu.
Di Parigi diadakan Konfrensi Dewan Raja-Raja pada Awal April 1950 dimana Caco Ijazah yang hadir sebagai Magau Palu menegaskan sekali pernyataan itu.
Atas saran M.Dj. Abdullah Cs. Diadakanlah kompromi dengan pimpinan-pimpinan partai dan organisasi-organisasi yang ada pada waktu itu untuk mengeluarkan suatu pernyataan bersama guna disampaikan kepada anggota-anggota Parlemen NIT ( I. Made Gria dan A.J. Binol ) yang berasal dari SULAWESI TENGAH di Makassar yang berisi pembubaran NIT dengan segera. Usaha ini berhasil baik dengan pernyataan Bersama.
Yang berbunyi :
Palu, 3 Maret 1950
"IMGERIA BINOL DPR EMPRESS HOTEL MAKASSAR"
"KAMI PARTAI-PARTAI PERGERAKAN SULAWESI TENGAH DI PALU-TAWAELI-WANI"
"DONGGALA DAN SIGI-DOLO TERDIRI DARI 29 PARTAI KOMA MEMUTUSKAN"
"SETUJU DAN MENYOKONG ADANYA GERAKAN PEMBUBARAN NIT DENGAN SEGERA"
"DAN TERBENTUKNYA NEGARA KESATUAN REPUPBLIK INDONESIA TITIK"
(Lampiran 29 Partai dan Pimpinanya)
IPRI untuk 7 persatuan
dto. P.A. RAMBING/M.DJ.ABDULLAH;
1. PERPI PALU-M.MOKODOMPIS/SURADJU VAN GOBEL;
2. RAS PALU-ABDUL SJUKUR/DURMO;
3. ISTERI SADAR - Ny. I MADE GERIA/ Ny. H. SIREGAR;
4. PGI PALU- N. KASESE
5. PERPIMA PALU- HASAN KARUNA;
6. KMI PALU - T.H. MUDA
7. PPD DONGGALA
8. PSSI PALU - MUHAMMAD DAENG SUTE
9. PKII PALU - H.M.A. INTJE MAKKAH
10. API - M.A. PETALOLO/J.SUNUSI;
11. PERPINDO PALU - N. LAMAKASUSA;
12. SBI - CHAEROLLAH/KASIMIN;
13. SERBU - HALIM MEI
14. PPI - A.W. PARAMPASI
15. PPW - Z.A. BETALEMBAH;
16. PPS - M.S.SUNUSI/M.DJ. ABDULLAH;
17. PEMUDA SADAR PALU - M.DJ. ABDULLAH;
18. PGA PALU - Z.A. BETALEMBAH
19. WANITA ALKHAERAT
20. RUPI PALU - M.S. SUNUSI;
21. GERIMA TAVAELI - JONDHI MARANUA;
22. KMI TAVAELI - A. AMU;
23. IBU SEHATI - Ny. A. AMU;
24. PERWITA TAVAELI - dto. HANA UMIL;
25. PARINDO WANI - dto. MASHUD PETALOLO;
26. KMI WANI - dto. ABDULLAH NENTO;
27. PNI SIGI-DOLO - dto. L.PAKAMUNDI/ LAHAWALI;
28. PSII SIGI-DOLO - dto. INTJE ARBEK DATUPALINGE;
29. SIAP SIGI-DOLO - dto. INTJE ARBEK DATUPALINGE;
TEMBUSAN : Dikirim kepada :
-PERDANA MENTERI NIT di Makassar
-PERS/PERSURAT KABARAN di Makassar.
Itulah Proses Perjuangan Rakyat Sulawesi Tengah yang Jarang Diketahui sebagai bagian dari SEJARAH REPUBLIK INDONESIA.
"JAS MERAH"
Salam Sejarah
•Rayhan•
S.Yh.Samauna,
H. Maradjauna
Ditulis kembali Oleh : Mohammad Rayhan Z.S. Paderinggi (Ana Nu'Madika)
![]() |
Teluk Palu Tahun 1930 |
Pada Masa kedatangan Jepang 23 Januari 1942, Gorntalo-Manado-Poso,dan Sampai ke Palu.
Palu dahulunya dikenal dengan Pusat Madrasah dgn Cabang-cabangnya yang tersebar luas di Sulawesi Tengah,
Yaitu "Al- Khaerat". Dimana Jepang Memerintahkan untuk menutup Al-Khaerat .
Pada saat itu Al-Khaerat diPimpin Oleh Ustadz Idrus Bin Salim Al Djufri.
Beliau mengumpulkan semua Ustadz yang ada di Palu dan Sekitarnya dalam satu pertemuan Khusus di Palu, Beliau meyadari bilamana Al-Khaerat ditutup akan membuka kejahilan dan apabila terjadi maka merajalelalah kemaksiatan dan lancarlah kebengisan dan kekuasaanya yang melanggar kesusilaan dan pri kemanusiaan dan untuk itu mereka menyepakati untuk tidak menutup madrasah sebab hal ini akan memperburuk keadaan, maka mereka menggunakan Istilah utlah (pakansi) dan dibuka kembali bilamana waktu telah megizinkan.
Jepang menjadikan Al-Khaerat (Madrasah) sebagai gudang penimbunan Padi gabah.
Pada saat tingkatan perang sekutu masuk ke Nusantara (Indonesia) Jepang melancarkan fitnahan dan tuduhan terhadap orang yg dicurigai mata-mata musuh, mereka ditangkap dan dimasukan ke dalam penjara dan diperlakukan secara tidak manusiawi.
Dalam usaha-usaha jepang tidak kurang orang Indonesia dijadikan Kaki tangannya untuk menfitnah bangsa sendiri dan itupun terjadi di Sulawesi Tengah.
Di Kab. Luwuk Banggai perlawanan terhadap jepang belum diketahui, jepang masuk di Banggai tahun 1942 dan menundukan struktur pemerintahan Banggai dan Ibu Kota Kerajaan Banggai - Laut ditetapkan seorang pejabat Jepang dengan Jabatan Bunken kanrikan dan di Luwuk sebagai Ibu Kota kerajaan dan ditetapkan seorang pejabat jepang dengan jabatan Ken Kaurikan.
28 Oktober 1928 dibekali semangat Sumpah Pemuda dengan Usaha keras dan tekad dari Pemimpin bangsa Indonesia secara keseluruhan dengan mengingat pula pengorbanan pada masa-masa sebelumnya maka pada tanggal 17 agustus 1945 di gedung Pegangsaan Timur 56 Jakarta diploklamirkan Kemerdekaan RI.
Proklamasi Kemerdekaan itu juga dikumandangkan oleh Kurir-kurir terdiri dari Pemuda-Pemuda.
Daerah Sulawesi Tengah pun telah mendengar hal ini.
A.N. Hadjarati dan Hamah Ilahude dari Makassar membawa amanat dari Gubernur Sulawesi, Dr. G.S.S.J. Ratulangi dan mereka berhasil mengadakan pertemuan dan mengundang Pimpinan dan Tokoh terkemuka di Poso.
Amanat Gubernur Sulawesi dan Penjelasan mengenai Proklamasi 17 agustus 1945 yang dikemukakan dihadapan para undangan, berhasil membentuk "Dewan Nasional" dengan Kepala Pemerintahannya Wangkalembah Talasa dan undangan lainya sebagai pembantu.
Disamping itu dibentuk juga Dewan Pertahanan Nasional, kesatuan pertahanan dengan intinya dari pemuda-pemuda eks Heiho yang dipersenjatai Tombak, keris dan senjata hasil rampasan dari Jepang.
Di donggala sebelum tentara Nica mendarat tebentuklah PIM (Pemuda Indonesia Merdeka)
Gabungan dari beberapa organisasi pemuda yang datang dari Mamuju mandar (daerah yang berhubungan langsung daratannya dengan donggala).
Pemimpin-Pemimpin PIM antara lain :
M.A. Petalolo,
Ladising,
Usman Monoarfa,
M. Amu, dan lain-lain.
Selaku tokoh utamanya adalah Alwi Mohammad.
Akan tetapi, dengan tidak disangaka pada mulanya disaat mereka sedang menyusun kekuatan untuk mengadakan pertahanan sebelum Nica mendarat disana, tiba-tiba muncul beberapa tokoh yang belum menginginkan kemerdekaan dan bekerja sama dengan bekas-bekes Serdadu Belanda (KNIL).
Pemuda PIM dan pemuda yang tergabung di dalam organisasi Pro Republik Indonesia ditangkap dan dimasukan ke dalam tahanan. Rumah Rakyat yang dicurigai dinaiki dan digeledah untuk mencari dokumen.
Tindakan liar ini adalah atas perbuatan pemuda-pemuda eks KNIL yang tidak menginginkan kemerdekaan.
Pemuda-pemuda PIM yang bekerja sama dengan Pemuda-Pemuda yang datang dari mandar di bawah pimpinan A. Gani dan Jusuf Cs. Menyerbu asrama Polisi di Donggala serta menurunkan bendera belanda dan menggantikannya dengan MERAH PUTIH.
Inilah insiden pertama mengenai Pengibaran Bendera Merah Putih di daerah Sulawesi Tengah sebelum Nica Mendarat.
Di Biromaru (Ibu Kota Kerajaan Sigi-Dolo)
Pemuda-pemuda bergerak dengan secara sadar terhadap Kemerdekaan, bagaimanapun sukar dan sulitnya asalkan dapat mendermabaktikan diri untuk mempertahankan kesucian kemerdekaan.
Timbullah pemuka-pemuka rakyat dan Pemuda antara lain :
Lolontamene,
Lamakarate,
M. Dj. Abdullah,
Daeng Pawara,
Lahusaeni,
Hasan Repadjori,
Labaso Borman Lembah,
Dan lain-lain.
M.Dj. Abdullah yang baru bebas dari tahanan Jepang lalu terjun mempelopori sandiwara selaku alat penerangan yang tepat, guna menegakkan kemerdekaan.
Ia memertunjukan Cerita-Cerita yang mengandung PERJUANGAN. Kemudian ia berusaha mengumpulkan kawan-kawan yang sepaham dan mengadakan rapat di Pondoknya di Tengah sawah di Sidera, Satu desa yang tak beberapa jauh dari Kota Biromaru.
Sedang Rapat berjalan dengan tak diduga datang tiga orang anggota Polisi dikepalai oleh seorang Indo-Belanda eks sersan KNIL untuk menggagalkan rapat.
M.Dj. Abdullah Cs. Ditangkap dan dimasukan ke dalam TAHANAN TANGSUI PALU di Kampung BESUSU.
Berita Proklamasi terdengar ke seluruh daerah-daerah di Sulawesi Tengah. Akan Tetapi, Pihak Nica Belanda juga semakin memperkuat pertahanannya di PALU dengan Mengorganisir kembali KNILnya juga menyusun sipilnya dan membujuk setiap orang yang dikehendakinya dan meperbaiki ekonominya.
Nica Juga memasang Jaring-jaringnya, mengadakan tindakan penangkapan dan memukul setiap orang yang memakai apa saja yang berwarna Merah Putih, menggeledah setiap rumah yang dicurigai.
Selain M.Dj. Abdullah Cs. (Biromaru) dimasukan pula di dalam penjara T. Latjinala Cs. Begitupun dengan H.J.Dg.Pawidu Cs. Meringkuk dalam tahanan yang sama dengan penjagaan ketat.
Sungguh pun beberapa pemimpin sudah meringkuk dan keadaan Nica dengan Persenjataannya yang serba lengkap itu, tetapi Belanda tidak dapat mematahkan semangat PEMUDA-PEMUDA berjiwa PATRIOTISME yang berkobar itu.
Pada tahun 1950 masih ada orang belanda yang tinggal di kota-kota di daerah Sulawesi Tengah.
Diatara mereka masih ada yang berusaha untuk memperluas Federalisme dan menentang Unitarisme.
Tetapi sebagian besar Para Raja terutama Rakyat dan Pimpinannya Menyadari hal itu sehingga maksud mereka itu tidak terlaksana.
Di Palu atas inisiatif Magau Caco Ijazah pada lebih kurang akhir Maret 1950 telah diundang pimpinan-pimpinan dari partai-partai P.S.I.I , P.N.I dan Organisasi-organisasi lain setempat seperti IPPRI, PERPI, Isteri Sadar P.G.I , PERPIMA, API, PERPINDO, dan lain-lain.
Kepala-kepala dinas yang ada ketika itu dan pamongpraja setempat bermusyawarah untuk mengetahui pendirian masing-masing. Pimpinan Rapat Magau Caco Ijazah menegaskan, Bahwa Magau Palu dengan rakyat Palu yang Pada saat itu berjumlah sekitar 40.000 Jiwa berprinsip "Sekali Unitarisme tetap Unitarisme".
Para hadirin memang sejak semula berprinsip Unitarisme karena itu menyetujui pernyataan Magau Palu.
Di Parigi diadakan Konfrensi Dewan Raja-Raja pada Awal April 1950 dimana Caco Ijazah yang hadir sebagai Magau Palu menegaskan sekali pernyataan itu.
Atas saran M.Dj. Abdullah Cs. Diadakanlah kompromi dengan pimpinan-pimpinan partai dan organisasi-organisasi yang ada pada waktu itu untuk mengeluarkan suatu pernyataan bersama guna disampaikan kepada anggota-anggota Parlemen NIT ( I. Made Gria dan A.J. Binol ) yang berasal dari SULAWESI TENGAH di Makassar yang berisi pembubaran NIT dengan segera. Usaha ini berhasil baik dengan pernyataan Bersama.
Yang berbunyi :
Palu, 3 Maret 1950
"IMGERIA BINOL DPR EMPRESS HOTEL MAKASSAR"
"KAMI PARTAI-PARTAI PERGERAKAN SULAWESI TENGAH DI PALU-TAWAELI-WANI"
"DONGGALA DAN SIGI-DOLO TERDIRI DARI 29 PARTAI KOMA MEMUTUSKAN"
"SETUJU DAN MENYOKONG ADANYA GERAKAN PEMBUBARAN NIT DENGAN SEGERA"
"DAN TERBENTUKNYA NEGARA KESATUAN REPUPBLIK INDONESIA TITIK"
(Lampiran 29 Partai dan Pimpinanya)
IPRI untuk 7 persatuan
dto. P.A. RAMBING/M.DJ.ABDULLAH;
1. PERPI PALU-M.MOKODOMPIS/SURADJU VAN GOBEL;
2. RAS PALU-ABDUL SJUKUR/DURMO;
3. ISTERI SADAR - Ny. I MADE GERIA/ Ny. H. SIREGAR;
4. PGI PALU- N. KASESE
5. PERPIMA PALU- HASAN KARUNA;
6. KMI PALU - T.H. MUDA
7. PPD DONGGALA
8. PSSI PALU - MUHAMMAD DAENG SUTE
9. PKII PALU - H.M.A. INTJE MAKKAH
10. API - M.A. PETALOLO/J.SUNUSI;
11. PERPINDO PALU - N. LAMAKASUSA;
12. SBI - CHAEROLLAH/KASIMIN;
13. SERBU - HALIM MEI
14. PPI - A.W. PARAMPASI
15. PPW - Z.A. BETALEMBAH;
16. PPS - M.S.SUNUSI/M.DJ. ABDULLAH;
17. PEMUDA SADAR PALU - M.DJ. ABDULLAH;
18. PGA PALU - Z.A. BETALEMBAH
19. WANITA ALKHAERAT
20. RUPI PALU - M.S. SUNUSI;
21. GERIMA TAVAELI - JONDHI MARANUA;
22. KMI TAVAELI - A. AMU;
23. IBU SEHATI - Ny. A. AMU;
24. PERWITA TAVAELI - dto. HANA UMIL;
25. PARINDO WANI - dto. MASHUD PETALOLO;
26. KMI WANI - dto. ABDULLAH NENTO;
27. PNI SIGI-DOLO - dto. L.PAKAMUNDI/ LAHAWALI;
28. PSII SIGI-DOLO - dto. INTJE ARBEK DATUPALINGE;
29. SIAP SIGI-DOLO - dto. INTJE ARBEK DATUPALINGE;
TEMBUSAN : Dikirim kepada :
-PERDANA MENTERI NIT di Makassar
-PERS/PERSURAT KABARAN di Makassar.
Itulah Proses Perjuangan Rakyat Sulawesi Tengah yang Jarang Diketahui sebagai bagian dari SEJARAH REPUBLIK INDONESIA.
"JAS MERAH"
Salam Sejarah
•Rayhan•